BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PERSPEKTIF SOSIOLOGI
Dalam masyarakat tentunya sering ditemukan beberapa pandangan yang berbeda satu sama lain. Dalam melihat kenyataan social atau biasa disebut dengan realitas social dalam masyarakat juga demikian. Penalaran atau penilaian atas sebuah realitas umumnya dimulai dngan asumsi, yaitu dugaan individu yang belum teruji kebenarannya. Dari asumsi-asumsi tersebut berkembang menjadi perspektif, pandangan atau paradigma kejadian yang berkembang di alam semesta oleh para ilmuwan di asumsikanmemiliki tertib, keteraturan, atau pola yang jelas agara perspektif yang dihasilkan dapat dipahami oleh setiap individu. Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyanikan tentang suatu hal, dengan perspektif orang akan memandang seseuatu hal berdasarkan cara – cara tertentu. Perspektif membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yang relevan dengan fenomena yang terpilih darikonsep-konsep tertentu untuk dipandang secara rasional. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa perspektif adalah kerangka kerja konseptual, sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yang mempengaruhi perspektif manusia sehingga menghasilkan tindakan dalam suatu konteks situasi tertent.
Dalam konteks sosiologi juga memiliki perspektif yang memandang proses social didasarkan pada sekumpulan asumsi, nilai gagasan yang melingkupi proses social yang terjadi sehingga menjadi perspektif pedekatan, atau kandag disebut paradigma ketiga-tiganya merupakan cara sosiologi dalam mempelajari masyarakat. Walaupun perspektif tersebut berbeda, bahkan kadang saling bertolak belakang, antara satu dengan yang lain, namun, sekali lagi perspektif ini h anya merupakan cara pendekatan untuk mengkaji masyarakat. Jadi dapat disimpulkan, bahwa perspektif sosiologi merupakan pola pengamatan ilmu sosiologi dalam mengkaji tentang kehidupan masyarakat dengan segala aspek atau proses social kehidupan di dalamnya. Pada perkembangan selanjutnya terdapat empat perspektif dalam sosiologi, yaiut perspektif evolusionis, dan perspektif konflik.
2. MACAM-MACAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa perspektif sosiologi terdiri dari empat perspektif yang akan dijelaskan sebagai berikut :
A. Perspektif Evolusionis
Evolusi dapat diartikan sebagai perubahan sehingga jika dikaitkan dengan sosilogi maka perubahan yang dimaksu yaitu menetik beratkan pada pola perubahan masyarakat dalam kehidupannya. Perspektif evolusionis merupakan perspektif teoritis yang paling awal dalam sosiologi penganutnya adalah Auguste Comte (1798-17-57) dan Herbest Spencer (1820-1903). Perspektif memberikan keterangan yang memuaskan tentang bagaimana masyarakat manusia tumbuh dan berkembang. Proses perkembangan tentang masyarakat ini diamati dengan cara membuat pola kedudukan antara terbelakang dan maju, yang artinya menarik garis pola kehidupan masyarakat dari pangkap keterbelakangan dan maju, yang artinya menarik garis pola kehidupan masyarakat dari pangkal keterbelakangan menuju pola kehidupan yang maju / kemajuan, dimana pola kehidupan manusia akan selalu masuk babak baru dengan evolusi kehidupan yang selali berproses. Para sosilogi yang menggunakan perspektif ini mencari pola perubaan dan perkembangan yang munculdalam masyarakat dengan menitikberatkan pada evolusi kehidupannya. Dalam perspektif ini secara umum dapat dikatakan bahwa perubahan manusia atau masyarakat itu selalu bergerak maju, namun ada beberapa hal yang tidak ditinggalkan sama sekali dalam pola kehidupannya yang baru dan akan terus dibawa meskipun hanya kecil sampai paa perubahan yang paling baru selain itu juga, perspektif ini menyatakan bahwa masyarakat sebagai suatu organisme atau suatu hidup yang mengalami proses diferensiasi dan integrasi secara berurutan. Kehidupan masyarakat sebagai suatu organisme mengalami suatu pertumbuhan secara terus menerus dalam upaya memperbaiki struktur yang ada. Sehingga dalam kaitannya dengan proses perubahan sosial terdapat empat hal pnting, yaitu :
1) Asal usul dari masyarakat maju sekarang
2) Tingkat perubahan sosial
3) Penyebab perubahan sosial
4) Kemana arah perubahan sosial yang akan terjadi
B. Perspektif Interaksionis
Pada pengamatan yang menfokuskan pemahamannya pada interaksi yang dilakukan oleh setiap individu gagasan ini dikembangkan oleh George Herbert Mead (1863-1931) dan Charles Horton Cooley (1846-1929). Interaksi yang dilakukan oleh manusia dengan menggunakan symbol, tanda, kata, dan isyarat lewat tulisan maupun lisan. Bagi Perspektif ini orang sebagai makhluk hidup diyakini mempunyai perasaan dan pikiran. Dengan perasaan danpikiran orang mempunyai kemampuan untuk memberi makna terhdap situasi yang ditemui, dan mampu bertingkah laku sesuai dengan interprestasinya sendiri. Sikap dan tindakan orang tidak dipaksa oleh struktur yang berada di luarnya (yang membingkainya) serta tidak semata-mata ditentukan oleh masyarakat. Singkatnya, Perspektif ini memusatkan perhatian pada interaksi antara individu dengan kelompok. Terutama dengan menggunakan symbol-simbol, antara lain tanda, isyarat, dan kata-kata baik lisan maupun tulisan. Perspektif interaksionis merupakan pendekatan / pandangan yang dapat digunakan dalam penelitian fenomena – fenomena kehidupan masyarakat karena fenomena kehidupan masyarakat terjadi karena proses interaksi, baik interaksi dengan diri sendiri maupun interaksi antar individu dalam lingkungan keluarga maupun mayarakat pada umumnya.
C. Perspektif Fungsionalis
Dalam Perspektif ini, masyarakat dilihat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi dan teratur, serta memiliki seprangkat aturan dan nilai yang dianut sebagian besar anggota masyarakat tersebut. Tokoh dari Perspektif ini yaitu Talcot Parson, Kingsley Davis, dan Robert K Merton. Masyarakat dipandang sebagai suatu system yang stabil, selaras dan seimbang.
Dengan demikian menurut Perspektif ini, setiap kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu secara terus menerus, karena hal itu fungsional. Sehingga pola perilaku timbul karena secara fungsional bermanfaat. Perspektif ini lebih menekankan pada keteraturan dan stabilitas dalam masyarakat. Lembaga-lembaga sosial seperti keluarga, pendidikan, dan agama dianalisis dalam bentuk bagaimana lembaga-lembaga itu membantu mencukupi kebutuhan masyarakat. Ini berarti lembaga-lembaga itu dalam analisis ini dilihat seberapa jauh peranannya dalam memelihara stabilitas masyarakat, maka dari itu dalam organisasi formal individu menciptakan peraturan dan melakukan peraturan sebagai alat untuk mengkordinasi kegiatan dalam upaya mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Dalam pengembangannya Perspektif fungsionalis menekankan pada empat sebagai berikut :
a. Masyarakat tidak bisa hidup kecuali anggota – anggotanya mempunyai persamaan persepsi sikap, dan nilai.
b. Setiap bagian mempunyai kontribusi pada keseluruhan
c. Masing-masing bagian terintegrasi satu sama lain dan saling memberi dukungan
d. Masing-masing memberi kekuatan sehingga keseluruhan masyarakat menjadi stabil
D. Perspektif Konflik
Perspektif ini menjelaskan bahwa masyarakat selalu dalam keadan konflik terus menerus, baik antar individu maupun kelompok, karena pemikiran Perspektif ini menekankan pada adanya perbedaan individu dalammendukung suatu system sosial. Menurut Perspektif ini juga masyarakat terdiri dari individu yang masing-masing memiliki berbagai kebutuhan. Keberhasilan individu mendapatkan kebutuhan tersebut berbeda-beda, karena kemampuan individu berbeda-beda. Persaingan untuk mendapatkan kebutuhan memicu munculnya konflik dalam masyarakat. Selain itu Perspektif konflik menitikberatkan paa konsep kekuasaan dan kewewenangan yang tidak merata pada system sosial, sehingga menimbulkan konflik baik antara kepentingan pribadi dan kepentingan sosial. Manusia sebagai makhluk sosial yang diciptakan selalu berinteraksi, karenaa itu beberapa pemikir melihat interaki sosial sebagai mekanisme yang meggerakkan konflik. Tokoh pengagas ataupun pemikir dari Perspektif ini antara lain : Karl Marx, Hegel, Lews Coser, dan Frederich Engles. Melihat masyarakat sebagai sesuatu yang selalu berubah terutama sebagai akibat dari dinamika pemegang kekuasan yang terus berusaha memelihara dan meningkatkan posisinya. Perspektif ini beranggapan bahwa kelompok-kelompok tersebut mempunyai tujuan sendiri yang beragam dan tidak pernah terintegrasi dalam mencapai tujuan, suatu kelompok sering kali harus mengorbankan dampak lain. Karena itu konflik selalu muncul.
Singkatnnya, pandangan ini berorientasi pada studi struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial, yang memandang masyarakat terus menerus berubah dan masing-masing bagian dalam masyarakat potensial memacu dan menciptakan perubahan sosial. Dalam konteks pemeliharaan tatanan sosial, Perspektif ini lebih menekankan pada peranan kekuasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar